Kegiatan belajar bagi anak
usia sekolah dasar mempunyai arti dan tujuan tersendiri. Seorang guru sekolah
dasar sewajarnya memahami bahwa komponen anak merupakan komonen terpenting
dalam proses pengajaran. Prosespengajaran itu harus diciptakan atas dasar
pemahaman siapa dan bagaimana anak tumbuh dan berkembang. Kegiatan belajar
mengajar yang secara praktis dikembangkan guru disekolah dasar dituntut untuk
berorientasi pada perkembangan anak secara tepat.
Karakteristik anak usia
sekolah dasar secara umum sebagaimana dikemukakan Bassett, Jacka, dan Logan
(1983) berikut ini :
1.
Mereka
secara alamiah memiliki rasaingin tahu yang kuat dan tertarik akan dunia
sekitar yang mengelilingi diri mereka sendiri,
2.
Mereka
senang bermain dan lebih suka bergembira/riang,
3.
Mereka
suka mengatur dirinya untuk menangani berbagai hal, mengeksplorasi suatu
situasi dan mencobakan usaha-usaha baru ,
4.
Mereka
biasanya tergetar penasaranya dan terdorong untuk berprestasi sebagaimana
mereka tidak suka mengalami ketidak puasan dan menolak kegagalan-kegagalan,
5.
Mereka
belajar secara efektif ketika mereka merasa puas dengan situasi yang terjadi,
6.
Mereka
belajar dengan cara bekerja, mengobservasi , berinisiatif , dan mengajar
anak-anak lainya.
Arti belajar secara tradisional, sebagai upaya
menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Pengertian belajar yang lebih
modern diungkapkan Morgan dkk. (1986) sebagai setiap perubahantingkah laku yang
relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan dan pengalaman. Definisi yang
kedua ini memuat dua unsure penting dalam belajar yaitu, pertama belajar adalah
perubahan tingkah laku dan, kedua perubahan yang terjadi karena latihan atau
pengalaman.
Dalam konteks sekolah seorang anak dikatakan telah
belajar apabila perubahan-perubahan yang terjadi pada anak sesuai dengan
kebutuhan-kebutuhan sekolah dan masyarakat. Jadi terhadap hal yang bersifat
negative dan tidak sesuai dengan kebutuhan sekolah dan masyarakat tidak data
kita katakan belajar walaupun diperoleh dari latihan atau pengalaman.
Gagne mengemukakan lima macam kemampuan manusia yang
merupakan hasil belajar sehingga pada gilirannya membutuhkan sekian macam
kondisi belajar untuk pencapaiannya. Kelima macam kemampuan hasil belajar
tersebutadalah:
1.
Ketrampilan
intelektual, sejumlah pengetahuan mulai dari baca tulis, hitung sampai pada
pemikiran yang rumit. Kemampuan intelektual tergantung kepada kapasitas
intelektual kecerdasan seseoranr dan kesempatan belajar yang tersedia ,
2.
Strategi
kognitif, mengatur cara belajar dan berfikir seseorang didalam arti
seluas-luasnya, termasuk kemampuan memecahkan masalah,
3.
Informasi
verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta. Kemampuan ini pada umumnya
dikenai dan tidak jarang ,
4.
Ketrampilan
motorik yang diperoleh di sekolah, antara lain ketrampilan menulis, mengetik,
menggunakan jangka, dan sebagainya
5.
Sikap
dan nilai berhubungan dengan arah serta intensitas emosional yang dimiliki
seseorang, sebagaimana dapat disimpulkan dari kecenderungan bertingkah laku
terhdap orang,barang atau kejadian.
Paham dianggap modern tentang bagaimana anak usia SD
itu belajar bersifat kontruktivistik; dipelopori oleh Jean Piaget (1896-1980),
levVygotssky (1896-1934) dan Bruner (1060-an).
1.
Bagi
Piaget, anak adalah seorang yang aktif, membentuk atau menyusun pengetahuan
mereka sendiri pada saat mereka menyesuaikan pikirannya sebagaimana terjadi
ketika mereka mengeksplorasi lingkungan dan kemudian tumbuh secara kognitif
terhadap pemikiran-pemikiran yang logis;
2.
Bagi
Vygotsky, anak itu mengkonstruksi pengetahuan mereka melalui interaksi
pengajaran dan social dengan orang dewasa (guru) asalkan orang dewasa (guru)
menjembatani arti dengan bahasa dan tanda atau symbol, yang dapat mengamati
anak untuk kemudian anak itu tumbuh kearah pemikiran yang verbal.
3.
Sedangkan
Bruner, anak melalui aktivitas dengan orang dewasa (guru) mengkonstruksi
pengetahuan mereka itu dalam bentuk tampilan spiral mulai dari
“pre-speech”sebagaimana anak menetapkan format, peranan dan hal-hal yang rutin
yang membuatnya merasa bebas untuk kemudian dapat terlibat dengan penggunaan
bahasa yang lebih kompleks sebagaimana tersaji dalam suatu realitas.
Membandingkan ketiga pendapat ahli tersebut, maka akan
dapat dipelajari persamaan dan perbedaanya. Persamaan ketiga pendapat ahli itu
antara lain: ketiganya memandang bahwa anak adalah seorang yang aktif, memiliki
kemampuan untuk membentuk pengetahuan sendiri.
Menyangkut perbedaannya, Piaget nampaknya menekankan
bahwa penciptaan lingkungan belajar menjadi sorotan penting lingkungan yang
akan menarik si anak; membuat mereka bekerja melakukan eksplorasi dengannya.
Dengan cara demikian si anak mengkonstruksi pengetahuanya sendiri; bukan guru
yang mengkonstruksi pengetahuan si anak itu. Bagi Vygotsky, yang ditekankan
adalah interaksi guru dengan si anak. Dalam hal ini guru sepatutnya memahami
dunia anak. Suatu interaksi baru dikatakan bermakna bagi anak, jika guru itu
benar-benar ia mampu menjembatani arti dari symbol=symbol atau lambang-lambang
yang digunakan. Bagi Bruner yang disoroti adalah gambaran proses ikiran si anak
dalam mengkonstruksi suatu pengetahuan. Tampilanya berbentuk spiral, mulai,
dari format, peranan, dan hal-hal yang rutin (bentuk yang sederhana /
pre-speech) sehingga terlibat dalam penggunaan bahasa yang lebih kompleks
sebagaimana tersaji dalam suatu realitas kehidupan.
Hal penting yang menjadi elajaran bagi kita adalah
anak SD merupakan seorang yang aktif. Seorang guru yang konstruktivis yang baik
adalah mereka yang suka menyediakan lingkungan atau bahan belajar (learning
materials) yang cukup bagi anak didiknya, sebab guru tahu bahwa anak senang
mengeksplorasi lingkungan belajar. Guru akan berusaha menciptakan sistem
interaksi pengajaran dengan siapa saja anak itu berinteraksi ( guru dan temanya
sendiri) yang menjembatani arti yang diperlukan. Selanjutnya, akan diyakini
guru kontruktivis itu bahwa eksplorasi lingkungan dan interaksi yang terjadi
merefleksikan pengalaman belajarsi anak sehingga pemilihan materi atau bahan
pengajaran, kegiatan guru dan peserta didik, pemilihan sumber belajar yang akan
dipakai, serta penyusunan tes, akan bertokak dari tujuan belajar yang hendak
dicapai peserta didik dalam proses pengajaran. Karena itu, kesadaran tentang
tujuan-tujuan belajar di atas, semestinya direfleksikan guru-guru sekolah dasar
dalam kerangka membantu peserta didik meletakkan dasar-dasar kehidupan kearah
perkembangan sikap, pengetahuan, ketrampilan dan daya ciptanya.
Pentingnya rumusan tujuan belajar dinyatakan secara
spesifik dan eksplisit adalah:
Untuk Peserta Didik ;
1.
Dapat
mengarahkan proses belajar peserta didik
2.
Dapat
mengukur sejauh mana mereka telah mencapai tujuan yang diinginkan
3.
Dapat
meningkatkan motivasi dengan mengetahui tingkat keberhasilannya dalam proses
belajar.
Untuk Guru ;
1.
Data
memilih materi, strategi instruksional, dan sumber belajar yang sesuai untuk
dipakai dalam usaha membantu peserta didik dalam usaha belajarnya .
2.
Dapat
mengukur keberhasilan guru sendiri dalam
pengajarannya.
Sejumlah tujuan belajar yang sewajarnya dapat
diwujudkan guru dalam kegiatan belajar anak didiknya di sekolah dasar itu
yakni;
1.
Menjadikan
anak-anak senang, bergembira dan riang dalam belajar;
2.
Memperbaiki
berpikir kreatif anak-anak, sifat keingintahuan, kerja sama harga diri dan
raasa percaya diri sendiri, khususnya dalam menghadapi kehidupan akademik;
3.
Mengembangkan
sikap positif anak-anak dalam belajar,
4.
Mengembangkan
afeksi dan kepekaan terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi dilingkungannya,
khususnya perubahan yang terjadi dalam lingkungan social dan teknologi.
HAKEKAT MENGAJAR DI SEKOLAH DASAR
Salah
satu pengertian mengajar bisa merupakan kegiatan menyampaikan pesan berupa
pengetahuan, ketrampilan dan penanaman sikap-sikap tertentu dari guru kepada
peserta didik. Misalnya seorang guru SD kelas 6 sedang menjelaskan pokok
bahasan “rotasi bumi” dengan menggunakan metode tanggung jawab dan, peserta
didik memperhatikan dengan seksama. Kegiatan guru tersebut dikatakan mengajar.
Kegiatan
mengajar sebenarnya bukan sekedar menyangkut persoalan penyampaian pesan-pesan
dari seorang guru kepada para peserta didik. Hal itu sebenarnya menyangkut
persoalan bagaimana guru membimbing dan melatih peserta didik untuk belajar.
Kegiatan membimbing dan melatih peserta didik untuk belajar diperlukan
kemampuan professional dari guru.
Beberapa
pandangan tentang mengajar dapat dikemukakan sebagai berikut;
a.
Mengajar
dipandang sebagai ilmu (teaching as a science), artinya terdapat landasan yang
mendasari kegiatan mengajar baik dari filsafat ilmu maupun dari teori-teori
belajar mengajar, sifatnya metodologis dan procedural.
b.
Mengajar
sebagai teknologi (teaching as a tecnology), yaitu penggunaan perangkat alat
yang dapat dan harus diuji secara empiris;
c.
Mengajarkan
sebagai suatu seni (teaching is an art), yang mengutamakan
performance/penampilan guru secara khas dan unik yang berasal dari sifat-sifat
guru dan perasaan serta nalurinya;
d.
Mengejar
sebagai pilihan nilai( wawasan kependidikan guru), bersumber pada pilihan nilai
atau wawasan kependidikan yang dianut guru. Wawasan tersebut terpulang pada
tujuan umum pendidikan nasional yang dapat ditelusuri kepada
rumusan-rumusan yang formal maupun
kepada asumsi-asumsi konseptual pada tujuan umum pendidikn nasional yang dapat
ditelusuri kepada rumusan-rumusanyang formal maupun kepada asumsi-asumsi
konseptual atau filosofinya yang mendasar.
e.
Mengajar
sebagai ketrampilan (teaching is as a skill), yaitu suatu proses penggunaan
seperangkat ketrampilan secara terpadu.
Selanjutnya, T. Raka Joni (1985:3)
merumuskan pengertian mengajar sebagai pencita dan suatu sistem lingkungan yang
memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari
komponen-komponen yang saling mempengaruhi yaitu tujuan instruksional yang ingi
dicapai, guru dan peserta didik yang memainkan peranan senada dalam hubungan
social tertentu, materi yang diajarkan, bentuk kegiatan yang dilakukan serta
sarana dan prasarana belajar mengajar yang tersedia.
Perbuatan mengajar merupakan
perbuatan yang kompleks. Davis (1971) mengungkapkan bahwa pengertian mengajar
sebagai suatu aktivitas professional yang memerlukan ketrampilan tingkat tinggi
dan mencakup pengambilan keputusan. Sebagaimana keunikan dan karakteristik
kegiatan belajar anak usia sekolah dasar, Piaget, Vygotsky, dan Bruner
mengetengahkan cara-cara yang khas bagi seorang guru dalam mendorong terjadinya
proses belajar bagi mereka.
Carol (1995) menuntut
penciptaanlingkungan belajar sesuai dengan tiga dimensi perkembangan anak
sekolah dasar, yaitu dimensi perkembangan fisik, dimensi perkembangan
sosial-emosional, dan dimensi perkembangan bahasa atau kognisi
1.
Dilihat
dari dimensi perkembangan fisik
Perkembangan fisik usia SD memang tidak sepesat
pertumbuhan yang terjadi pada usia lima tahun sebelumnya. Akan tetapi kemampuan
anak dalam mengendalikan tubuhnya dan kemampuan duduk serta merta berada dalam
suatu periode waktu yang relatif lebih lama merupakan cirri perkembangan fisik
anak usia SD. Misalnya pada saat anak menghadapi sesuatu konsep yang abstrak,
aktivitas fisik akan sangat dibutuhkan. Aktivitas fisik itu akan memberikan
pengalaman nyata bagi anak untuk memahami arti suatu konsep yang abstrak.
2.
Dilihat
dari dimensi perkembangan sosial-emosional / moral
Perkembangan hubungan sosial-emosional dan adanya
kesadaran etis normatif merupakan cirri yang kuat nampak pada usia sekolah
dasar. Kompetensi-kompetensi sosial yang positif dan produktif akan berkembang
pada usia ini, seperti kemampuan bekerja sama, kesadaran berkompetisi,
menghargai karya orang lain, toleran, kekeluargaan, dan aspek budaya lainya.
3.
Dilihat
dari dimensi perkembangan bahasa atau kognisi
Perkembangan kognisi pada anak usia sekolah dasar
menurut Piaget berada dalam dua tahapan dua masa transisi, yaitu masa transisi
dari tahap praoperasional ke masa operasional konkrit dan masa transisi dari
tahap operasional konkrit ke tahap operasional formal.
TEORI-TEORI BELAJAR
1.
Teori
Gestalt
Teori ini dikemukakan oleh Koffka dan Kohler dari
Jerman, yang sekarang menjadi tenar diseluruh dunia. Hukum yang berlaku pada
pengamatan adalah sama dengan hukum dalam belajar yaitu ;
a)
Gestalt
mempunyai sesuatu yang melebihi jumlah unsure-unsurnya.
b)
Gestalt
timbul lebih dahulu dari pada bagian-bagianya.
Jadi dalam belajar yang
penting adalah adanya penyesuaian pertama yaitu memperoleh response yang tepat
untuk memecahkan problem yang dihadapi.
2.
Teori
J.Bruner
Kata Bruner belajar tidak untuk mengubah tingkah laku
seseorang tetapi untuk mengubah kurikulum sekolah menjadi sedemikian rupa
sehingga siswa dapat belajar lebih banyak dan mudah. Sebab itu Bruner mempunyai
pendapat, alangkah baiknya sekolah dapat menyediakan kesempatan bagi siswa
untuk maju cepat sesuai dengan kemampuan siswa dalam mata pelajaran tertentu.
3.
Teori
Piaget
Pendapat Piaget mengenai perkembangan proses belajar
pada anak-anak adalah sebagai berikut:
a) Anak mempunyai struktur mental yang berbeda dengan
orang dewasa.
b) Perkembangan mental pada anak melalui tahap-tahap
tertentu, menurut suatu urutanyang sama bagi semua anak.
c) Walaupun berlangsungnya tahap-tahap perkembangan
itu melalui suatu urutan tertentu tetapi jangka waktuuntuk berlatih dari satu
tahap yang lain tidaklah selalu sama pada setiap anak.
d) Perkembangan mental anak dipengaruhi oleh 4 faktor
yaitu;
·
Kemasakan
·
Pengalaman
·
Interaksi
sosial
·
Equiliberation
(proses dari ketiga faktor diatas bersama-sama untuk
membangun dan memperbaiki srtuktur mental).
e) Ada 3tahap perkembangan, yaitu;
»
Berpikirsecara
intuitif ± 4 tahun
»
Beroperasi
secara konkret ± 7 tahun
»
Beroperasi
secara formal ± 11 tahun
4.
Teori
R. Gagne
Terhadap masalah belajar, gagne memberikan dua
definisi, yaitu;
a)
Belajar
ialah suatu proses untuk memeroleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan,
kebiasaan, dan tingkah laku;
b)
Belajar
adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang diperoleh dari intruksi.
Belajar
Mengajar adalah pola-pola umum kegiatan guru – anak didik perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan
mempelajari Strategi Belajar Mengajar berarti setiap guru mulai memasuki
suatu kegiatan yang
bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik.
Interaksi yg
bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan,
diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum
pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajaran secara
sistematis dgn memanfaatkan segala sesuatu guna kepentingan
pembelajaran.Sehingga bahan pelajaran yg disampaikan guru dapat difahami dan
diaplikasikan siswa dengan tuntas.
Misalnya pengalaman belajar di SMA
pada pelajaran matematika,
Beberapa strategi yang diajarkan pada semua siswa mulai dari :
1.
Menjelaskan
materi yang disampaikan
Guru
menjelaskan materi yang akan disampaikan ke siswa, agar siswa mudah memahami
materi tersebut.
2.
Mencoba
pada soal yang lebih sederhana dan cara menghitung dengan benar.
Setelah
dijelaskan materi yang diberikan oleh guru, siswa dianjurkan untuk mengerjakan
soal-soal dengan cara menghitung yang
mudah atau sederhana.
3.
Membuat
tabel dan diagram
Ini
digunakan untuk membantu menganalisis permasalahan dan mempermudah mendapatkan
gambaran penyelesaian.
4.
Menemukan
rumus dengan cara sendiri
Siswa
diberikan lembar kerja siswa untuk dikerjakan secara berkelompok untuk
memecahkan persoalan dengan rumus sendiri.
5.
Guru
memberikan penguatan
Ini
dilakukan untuk memotivasi siswa agar lebih semangat dalam pembelajaran.
Guru membuat strategi pembelajaran ini digunakan untuk mempermudah dalam
melakukan kegiatan pembelajaran, memecahkan suatu persoalan masalah dan
mengembangkan proses belajar siswa. Strategi belajar ini sangat baik dilakukan
oleh guru saat memberikan pelajaran pada siswa di kelas. Dalam pembuatan
strategi pembelajaran ini guru harus tahu karakteristik masing-masing siswa,
agar mempermudah dalam mengembangkan materi yang akan diberikan.
lebih baik teori belajar dana mengajar di padukan, disitu sudah ditulis teori belajar, dimana teori mengajarnya?
BalasHapusArtikelnya menarik, bagaimana cara menerapkan teori belajar mengajar pada saat proses pembelajaran berlangsung?
BalasHapusmantap arikelnya, setidaknya memberikan pandangan kita yang calon guru. trimakasih artikelnya membantu
BalasHapus